Kamis, 21 Januari 2010

PERANG SALIB

Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetus Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali kekuasaaan berzirah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam 3 priode.
I. Periode pertama
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemand, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M mengusai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin II di timur. Bohemand dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait Al-Maqdis (15 Juli 1099 M). dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Bait Al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M). di Tropoli mereka mendirikan kerajaan latin IV, rajanya adalah Raymmond.
II. Periode kedua
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul, dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. namun, ia wafat tahun 1146 M. tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Nuruddin Zanki. Nuruddin berhasil merebut kembali Anthiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh raja Prancis Lois VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan salib untuk merebut wilayah Kristen di Syiria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Nuruddin wafat tahun 1174 M. pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalah Al-Din Al-Ayyubi yang beerhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. hasil peperangan Shalah Al-Din yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja jerman, Richard The Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. meskipun mendapat tantangan berat dari Shalah alDin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi, mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalah al-Din yang disebut dengan Shul al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebut bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.
III. Periode ketiga
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristenn Qitbhi. Pada tahun 1219 M, mereka beerhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiah waktu itu, Al Malik Al-Kamil membuat perjanjian dengan Frederick, isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara Al malik Al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum Muslimin di sana dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum Muslimin tahun 1247 m, di masa pemerintahan Al-Malik Al-Shalih, penguasa mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiah, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.
Demikianlah, perang salib yang berkobar di timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Walupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian, mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak Dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.
(*Nb: segala hal yang berkaitan dengan posting diatas adalah semata-mata dari niat tulus dari penulis untuk membagi ilmu kepada khalayak banyak, dan apabila dari penulisan referensi diatas (yang merupakan potongan bahan dari sebuah buku) terdapat kesalahan dan kekeliruan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya)